Senin, 17 Desember 2007

Efek Bencana Alam Terhadap Kesehatan



Tahukah anda, akibat bencana alam dapat menurunkan ga
irah hidup dan sebagai salah satu stersor terbesar.

Pemanasan Global, adalah contoh bencana akibat ulah manusia di seluruh dunia yang efeknya sanagat dirasakan oleh negara-negara kepulauan dengan iklim tropis.

Isu pemanasan global ini sangat penting di antisipasi karen akan menjadi faktor pencetus meledaknya berbagai masalah kesehatan masyarakat di negara kepulauan, seperti Indonesia khususnya. Pemanasan global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti cuaca permukaan bumi yang panas, naiknya permukaan air laut, hal ini terjadi karena mencairnya es dikutub, sehingga mengakibatkan penambahan volume air di laut, yang pada akhirnya menurunya permukaan bumi dan mengakibatkan air laut naik kedarat atau dengan sedikit hujan akan terjadi banjir, seperti kejadian banjir di jakarta utara beberapa minggu terakhir ini.


Naiknya air dari laut ini akan menyebabkan meluapnya air sungai, selokan dan lain-lain sehingga menjadi media berbagai agen penyakit, terkontaminasinya sumber air minum sangat berbahaya bagi kesehatan terutama balita yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, seperti kasu diare, bahkan kasus diare ini telah membawa korban meniggal di jakarta utara (kompa 3 Desember 2007) atau 80 kasus per hari diarawat di Rumah Sakit Koja (Media Indonesia 28 November 2007), disamping itu penyakit kulit dan penyakit saluran pernafasa, DHF dan lainnya akan meningkat bila tidak di antisipasi sedini mungkin.


Meningkatnya suhu di permukaan bumi dan meningkatnya permukaan air laut ini akan meningkatkan kasus penyakit yang tidak hanya terjadi di kota jakarta saja tapi juga di berbagai daerah, terutama daerh pesisir pantai seperti Kabupaten Nagan Raya, apalagi dengan banyaknya kolam-kolam akibat terjangan gelombang tsunami yang selama ini telah kering, akan ada kemungkinan terisi kembali, sebagai medi vektor penyakit.

Hutan di bakar, ditebang, untuk kepentingan pribadi dengan dukungan oknum tertentu.






Pemukiman warga banjir, terjadi pengungsian.





Warga di wilayah tertentu bisa berenang, nyuci gratis.





Tapi akibat banjir tersebut terhadap kesehatan sangat besar bahayanya.



Beberapa Jenis Bencana Alam

Pemanasan Global

Peningkatan sushu global sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit disamping iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan kondisi yang lembab agar dapat hidup. Suhu yang lebih hangat meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan mempersingkat waktu pematangan dalam badan vektor tersebut sehingga vektor lebih cepat menjadi infeksius. Selain itu, suhu mempengaruhi perilaku nyamuk yang memungkinkan terjadinya penularan. Suhu yang lebih hangat cenderung meningkatkan perilaku menggigit nyamuk dan menghasilkan nyamuk dewasa yang lebih kecil sehingga membutuhkan darah yang lebih banyak agar dapat bereproduksi.

Salah satu penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk yang paling sensitif terhadap perubahan iklim jangka panjang adalah malaria. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia, namun dengan memanasnya permukaan bumi akan terjadi penyebaran nyamuk ke negara-negar yang sebelumnya bersuhu lebih rendah yang tidak terdapat nyamuk malaria sehingga akan beresiko terjadinyan peningkatan kaus penyakit malari di seluruh dunia.

Selain malaria, penyakit yang juga disebarkan oleh nyamuk adalah dengue. Dengue umumnya terjadi pada cuaca yang lebih hangat dan lembab. Perubahan iklim berkaitan dengan pola hujan. Pola hujan dapat mempengaruhi penyebaran berbagai mikroorganisme yang dapat menyebarkan penyakit.

Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan pembentukan polutan udara selain karbondioksida. Gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti minyak dan batu bara menambah polusi udara. Paparan polutan tersebut dapat memperberat penyakit kardiovaskular dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian dini.

Perubahan iklim global disertai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas (heatwaves). Suhu yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan kematian, selama musim dingin tingkat kematianlebih tinggi 25-30% dibandingkan selama musim panas. Sebagian besar kematian terjadi pada orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki penyakit tertentu terutama penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan. Lansia dan anak-anak merupakan golongan yang paling rentan.

Pemanasan global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus.


Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

Secara psikososial bisa diperkirakan, akan bereaksi terhadap pengalaman traumatik ekstrem dengan menampilkan gejala ketakutan, keputusasaan, ketakberdayaan, penghidupan kembali peristiwa traumatik dalam jiwa mereka, dan perilaku menghindar terhadap ingatan traumatik. Bahkan peristiwa ini akan dialami kembali peristiwa traumatik itu dalam mimpi-mimpi dan pembicaraan mereka sehari-hari. Mereka akan menghindari segala sesuatu yang diperkirakan bakal membawa kembali ingatan akan peristiwa traumatik yang pernah terjadi.

Mereka yang mengalami bencana akan mengalami penderitaan biopsikososial berupa penumpulan kemampuan dan perasaan dalam menanggapi lingkungan. Dan di sana-sini kehidupan mereka akan terganggu oleh kewaspadaan dan kepekaan berlebih terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.

Semua gejala itu di sana-sini bakal berlangsung lebih dari sebulan setelah bencana hal akan sangat memengaruhi kehidupan orang –orang yang mengalami bencana tersebut misalnya dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan.

Dalam ilmu kedokteran jiwa, himpunan gejala-gejala itu dikenal dengan sebutan gangguan stres pascatrauma. Gejala-gejala gangguan stres pascatrauma bisa mulai muncul tujuh hari hingga 30 tahun setelah peristiwa traumatik ekstrem. Jadi kurun waktu efek trauma bisa begitu panjang.

KENDATI efek trauma gempa dan tsunami begitu dahsyat, harapan perbaikan dan kesembuhan tetap ada. Perbaikan dan kesembuhan amat terkait dengan ketersediaan dukungan sosial serta pengelolaan profesional (pengobatan dan psikoterapi) untuk korban. Pada tahun 2003 dua psikiater tersohor, BJ Sadock dan VA Sadock, menulis dalam buku mereka, insan-insan yang memiliki atau terlayani oleh jejaring dukungan sosial yang baik lebih mungkin terhindar dari gangguan stres pascatrauma, atau jika mereka mengidap gangguan stres pascatrauma, tingkat keparahannya tidak akan terlalu tinggi dan mengalami perbaikan serta penyembuhan lebih cepat.

Bantuan terapi (terapi dengan obat atau psikoterapi) oleh para psikiater, psikolog klinis, psikoterapis, dokter, perawat, dan profesional lain akan lebih mudah diwujudkan dan lebih efektif jika didukung jejaring dukungan sosial yang baik.


Bencana Banjir

Banjir bisa dikatagorikan sebagai stressor (penyebab stress) akut karena datangnya yang mendadak, berlangsung cepat, dan tidak dapat diramalkan. Stressor akut ini bisa meningkatkan depresi, kecemasan, dan gangguan psikotik.

Disamping gangguan jiwa, stres dapat pula menimbulkan gangguan fisik seperti gangguan sistem muskuler berupa sakit dan nyeri pada otot-otot, sistem sensoris seperti telinga berdengung atau sistem kardiovaskuler seperti hipertensi atau penyakit jantung koroner.

banjir
dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke air tanah. Organisme yang ditemukan antara lain kriptosporodium, giardia, dan E.coli yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna seperti diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan.

Banjir juga dapat memberikan tempat yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya bertambah. Banjir juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat adanya kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Wabah seperti kolera, tifoid, dan diare timbul setelah banjir, sedangkan kekeringan menyebabkan kurangnya air yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular..

Apa yang hurus dilakukan

Kita sebagai tenaga kesehatan sangat berperan dalam mengurangi dampak secara langsung dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk populasi yang rentan seperti balit, hal ini dapat dilakukan denga peningkatan pelayanan balita secara MTBS, karen pelayanan MTBS ini merupakan pelayanan terpadu dan menyerlurh terhadap kesehatan balita.